Sistem Informasi S1
Future, Benefit, Singularity and Governance of Technology
Aplikasi IT dan Al analoginya sebuah mesin yang membutuhkan enerji yaitu Data yang Relevan, Veracity (berkualitas) berbasis fakta bukan hoax dalam bentuk (Variety), yang ditata dalam bentuk (Struktural), Semi atau Unstructured. Dengan mesin hardware, aplikasi dan algorithma yang semakin canggih menjadikan data semakin banyak sebagai resource universal dan strategis.
Untuk dapat melakukan Data Analytics, melalui proses Data Mining atau Pengumpulan data yang dapat dilakukan secara tradisional dengan proses manual, namun banyak tools dan teknis automation yang fully automatic dan seamlessly real time.
ERA BIG DATA & DATA SCIENCE
Memasuki era Big data, Raw Data ada dimana-mana ubiquitous dan data deluge (banjir data). Sehingga harus melalui proses cleansing, manipulasi dan analytics untuk mencapai Vision, tujuan, Relevan, Reliable dan memperoleh Veracity (Kualitas), Truth Value kadang single source of truth bukan data fraud dan hoax, kadang melalui proses automation dengan memanfaatkan algoritma Al dan ML untuk Shaping & membersihkan (Cleansing) data yang relevan dan memiliki Veracity.
Big Data bukan sekadar buzzword (kata popular-hype sensasional), namun cara baru menyimpan dan menganalisa data dalam jumlah yang masif, bervariasi dan rumit, menggunakan revolusioner teknologi Big Data seperti Hadoop ecosystems. Dimana, system tradisonal SQL Server RDBMS hanya bisa menganalisa data yang structural dan dalam jumlah tertentu. Dari perspektif teknis, Big Data adalah sebuah ekosistem dengan computing power dan storage yang besar dan kompleks, sedemikian besarnya sehinggga tidak dapat diproses oleh tradisional database aplikasi, meski dengan menambah computing power dan storage karena keterbatasan dari teknologi RDBMS.
Data ada yang terstruktur dalam kolom dan baris seperti database, table, spreadsheet, sehingga kita tahu persis dimana data tersebut berada, namun banyak data di dunia dalam bentuk tidak terstruktur seperti video, image, sound, sehingga tidak jelas dimana data tersebut diatur penyimpanannya.
Kini Internet semakin banyak memproduksi dan mendistribusikan data dalam jumlah yang sangat masif, dengan jumlah sekitar 2.5 quintillion (jumlah dengan barisan 18 nol) bytes, majoritas unstructured data seperti video, audio dll, yang dihasilkan oleh setiap aktivitas, perasaan, pengalaman, interaksi dan hubungan antarmanusia dari berangkat ke kantor hingga pulang kantor, berbelanja, ke sekolah bahkan ketika kita tidur, ponsel kita akan memberikan lokasi positioning dimana kita berada. Fenomena ini dikenal dengan Datafication, yang menyebabkan ledakan data oleh karena kegiatan manusia sehari-hari meninggalkan jejak data (data trace). Roaming dan berselancar dengan data yang masif ini, membuat Al semakin dapat menyelami, mengerti dan meniru tingkah laku manusia.
Covid 19 mendisrupsi, mengakselerasi berbagai teknologi yang diulas pada buku kelima ABDI yang diluncurkan dan dibahas pada Websummit DataGovAl 2022, bulan November bersamaan dengan berakhirnya Presidensi Indonesia di G20.
Fokus pada Teknologi ABCDE, era Industry 4.0, terdiri dari Teknologi Al, Block-Chain (NFT/ Crypto), Clouds (Data Center), Big Data Analytics (Data Science) & cyber security. Artikel mengulas Teknologi ABCDE dari sisi Governance, Masa depan & Ekosystemnya yang dibahas oleh banyak pakar narasumber dari 7 negara (Indonesia, AS, Estonia, India, Nepal, Singapura, Turks and Caicos (British Territory)) terkait berbagai isu terkini dan strategic antara lain isu DEWG (Digital Economy Working Group) G20, UU PDP (Perlindungan Data Pribadi), Cyber Exploit, Risk & Vulnerability dan Singularity Technology, dimana mesin Al atau General Al sudah melebihi kecerdasan manusia. Apakah menuju Zero, Negative atau Positive Sums Game? Eksplorasi dunia baru Metaverse, dari dunia CyberVerse, Wall garden Social Media FB, Dunia Artificial Intelligence, Dunia Geospasial koordinat & lokasi di dunia Nyata atau Universe.
Tidak tersedia versi lain